Senin, 07 November 2022

Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara (1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1)

 Salam dan Bahagia

Perkenalkan saya Widodo, Guru IPA SMP Negeri 1 Sidoharjo Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Saya adalah peserta Pendidikan  Calon Guru Penggerak Angkatan ke-7. Artikel ini merupakan penugasan modul 1.1.a.8 Koneksi Antar Materi-Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD)

Ki Hajar Dewantara (KHD) lahir di Yogjakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dan wafat 26 April 1959 di Yogyakarta. Tanggal kelahiran beliau diperngati sebagai  Hari Pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantara (KHD) dijadikan sebagai Bapak Pendidikan Nasional karena meinggalkan warisan yang sangat berharga yaitu  pemikiran, konsepsi, keteladanan dan jiwa merdeka terkait dengan pendidikan dan pengajaran nasional. Beberapa pemikiran KHD antara lain :

1.      Dasar Pendidikan Adalah Menuntun

Menurut KHD tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.  Oleh sebab itu, pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidunya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.  Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun.  Anak anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh petani di lahan yang telah disediakan.  Anak-anak itu bagaikan bulir padi yang ditanam.  Bila biji padi ditanam di lahan yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun  biji padi adalah biji yang kurang baik dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari petani.  Demikian sebaliknya , meskipun biji padi yang disemai berkualitas baik, namun tumbuh di lahan gersanng, tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta “tangan dingin” petani, maka biji tersebut mungkin tumbuh namun tidak optimal.  Dalam proses menuntun, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai “pamong” dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah  dan membahayakan dirinya.

2.      Kekuatan Sosio Kultural

Kekuatan sosio kultural menjadi proses “menebalkan” kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar.  Pendidikan bertujuan untuk menuntun  (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya.  Jadi anak bukan kertas kosong yang bias digambar sesuai keinginan orang dewasa.

3.      Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.  Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”.  Kodrat alam Indonesia memiliki dua musim (hujan dan kemarau) serta bentangan alam dari pesisir pantai hingga pegunungan memiliki keberagaman dalam memaknai dan menghayati hidup.  Demikian pula dengan zaman yang terus berkembang dinamis mempengaruhi cara pendidik menuntun murid.  KHD menegaskan didiklah anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam  dan jamannya.

4.      Budi Pekerti

Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga.  Budi pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya.  Keselarasan hidup anak dilatih melalui  pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan  dirinya agar mampu memiliki kesadaran social.

Sebelum saya mempelajari materi modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, saya merasa malakukan banyak sekali kesalahan baik berupa pemikiran  dan tindakan saya terhadap anak anak saya. Beberapa hal yang saya lakukan adalah :

1.      Pembelajaran berpusat pada guru.

Saya beranggapan bahwa sayalah satu-satunya sumber belajar bagi murid.  Kegiatann belajar lebih banyak dilakukan di dalam kelas tanpa pernah memberi suasana belajar yang menyenangkan di luar kelas..

2.      Guru belum memahami adanya perbedaan karakter dan potensi setiap murid sesuai kodrat yang dimilikinya. Selama ini saya memberikan tugas yang seragam kepada murid tanpa mempertimbangkan keragaman, kecerdasan, minat dan bakatnya. 

3.      Pembelajaran hanya berpedoman pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang hanya mengembangkan aspek kognitif saja.

4.      Selama ini saya beraanggapan bahwa tugas utama seorang guru adalah mentransfer ilmu kepada murid.

5.      Memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban tertutup sehingga murid tidak diberikan kebebasan berpikir sesuai dengan ide dan gagasannya.

6.      Belum mengembangkan keterampilan abad 21 yang dikenal dengan 4C yaitu comunication, collaboration, critical thinking dan creativity.

7.      Kurangnya penanaman dan pengembangan budi pekerti..

Setelah saya mempelajari modul ini banyak hal yang harus berubah terkait dengan pemikiran dan perilaku saya, antara lain :

1.      Pola piker terkait Pembelajaran

2.      Pemahaman tentang karakter murid

3.      Pembelajaran yang menumbuhkan perkembangan afektif, kognitif dan psikomotor.

4.      Tugas utama seorang pendidik

5.      Cara memberikan pertanyaan kepada murid

6.      Pengembangan keteranpilan abad 21

7.      Penanaman budi pekerti

Upaya yang dapat saya harus segera saya lakukan agar pembelajaran di kelas mencerminkan pemikiran KHD antara lain :

1.      Melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada murid sesuai dengan tuntunak KHD yaitu “menghamba pada anak”.

2.      Memahami karakter murid dan memberikan ruang bagi tumbuh dan berkembangnya anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya.

3.      Melaksanakan pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan anak secara utuh baik cipta, rasa, karsa dan karya sehingga menjadi manusia seutuhnya.

4.      Merubah pola pikir, bahwa tugas utama seorang pendidik adalah menuntun segala kodrat pada anak agar mereka memperoleh keselamatan dan kebahagian yang setingi-tingginya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat

5.      Memberikan pertanyaan yang terbuka sehingga murid memiliki kesempatan untuk menjawab sesuai dengan ide dan gagasannya

6.      Mengembangkan keterampilan abad 21

7.      Menumbuhkan budi pekerti  melalui kegiatan pembiasaan  seperti piket kelas, kerja kelompok, jumat bersih dan bakti social.  Penanaman budi pekerti juga dapat dilakukan dengan penguatan budaya religious seperti berdoa sebelum dan sesudah belajar, sholat berjamaah dan peringatan hari besar keagamaan. 

Semoga seluruh tahapan pendidikan calon guru penggerak angkatan ke-7 ini dapat saya ikuti dengan baik, sehingga saya dapat mengimplementasikan pemikiran KHD dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik serta turut serta dalam proses perubahan pendidikan di Indonesia.

 

Salam Guru Penggerak.

Guru Bergerak Indonesia Maju

Tidak ada komentar:

Posting Komentar