Kamis, 12 Mei 2016

Ujian Nasional Problematika dan Harapan

Hari ini 12 Mei 2016, Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) jenjang SMP telas selesai.  Setelah di awali secara bertahap dari jenjang SMA yang sudah terlaksana dengan “sukses” dengan segala problematikanya. Tanpa memungkiri berbagai modifikasi dan perbaikan yang telah dilakukan, UN tahun ini masih menyisakan tanya : Apakah pelaksanaan UN sudah berada pada arah yang benar dalam rangka peningkatan mutu pendidikan nasional ataukan hanya sekedar hajatan besar yang telah menjadi rutinitas ?

Berbagai kegiatan telah dimulai secara maraton sejak jutaan siswa peserta UN memasuki kelas XII SMA atau Kelas IX untuk jenjang SMP.  Pemadatan materi, Try out, motivasi secara spiritual bahkan pelatihan bagi guru-guru yang akan membimbing peserta didiknya dalam menghadapi UN telah dilakukan. Berbagai metode telah dilakukan masing-masing sekolah mulai dari jam belajar tambahan, home visit kepada kelompok-kelompok belajar dan penyediaan sarana prasarana yang menunjang.  Hal ini dilakukan demi sukses pelaksanaan dan sukses hasil UN, juga dalam rangka meningkatkan indek integritas dan kejujuran.

Ya...dalam jangka pendek memang sudah terlihat, seperti pada hasil UN di jenjang SMA yang sudah mengalami peningkatan dalam indek integritas dan kejujuran, kasus kebocoran soal sudah tidak terdengar lagi, kecurangan kecurangan sudah mulai tereduksi walaupun nilai rata-rata secara nasional menurun.  Hal ini mungkin disebabkan karena nilai UN saat ini bukan menjadi satu-satunya penentu kelulusan, sehingga sedikit menurunkan motivasi belajar siswa.  Semoga untuk jenjang SMP hasilnya menjadi lebih baik pada saat dimumkan nanti.

Bercermin dari problematika dalam penyelenggaraan UN, sebenarnya hal utama yang diharapkan dari proses pendidikan adalah perubahan mentalitas proses pembelajaran. Suasana pendidikan yang menjadi akrab dan menyenangkan karena antara konsep dan proses metodologis begitu baik diimplementasikan.  Dengan demikian UN apapun modelnya akan disambut gembira dan tidak lagi dianggap sebagai hantu yang sangat menakutkan.  Dalam hal ini proses pembelajaran diharapkan memberikan dorongan tidak hanya dilaksanakan di ruang kelas, tetapi juga di semua lini kehidupan.  Mulai dari rumah, jalan, lembaga publik, dan media masaa.  Apapun yang dilakukan akan menjadi indikator yang nilainya tidak kalah penting daripada UN di sekolah.  Sejatinya inilah yang diharapkan dari proses panjang pendidikan. Semoga proses pendidikan yang sudah dilaksanakan saat ini termasuk UN di dalamnya mampu merubah mentalitas anak-anak bangsa yang mampu bersaing dengan bangsa lain sehingga menjadi bangsa maju yang diperhitungkan pada saatnya nanti.

(Wonogiri, 15 Mei 2016)


1 komentar: